أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا
“Jika budak wanita telah melahirkan tuannya” (HR. Muslim)
Demikian sabda Rasulullah menjawab
pertanyaan apa tanda-tanda kiamat. Ada tanda lain yang disebutkan
setelah kalimat ini, namun fokus kita kali ini pada kalimat ini. Apa
makna “budak wanita melahirkan tuannya”?
Imam Nawawi menjelaskan bahwa maksud
budak wanita melahirkan tuannya adalah jika seorang laki-laki memiliki
budak wanita, lalu berhubungan dengannya dan budak itu melahirkan anak.
Anak tersebut kemudian berstatus sebagai tuannya. Pendapat Imam Nawawi
ini mewakili pendapat mayoritas ulama.
Makna kedua, orang kaya menjual budak
yang telah melahirkan anak darinya. Selang bertahun-tahun setelahnya,
sang anak yang telah tumbuh dewasa membeli budak tersebut. Hingga
jadilah wanita yang sebenarnya adalah ibunya itu menjadi budaknya.
Makna ketiga, sebagian ulama menjelaskan
bahwa “budak wanita melahirkan tuannya” adalah kalimat kiasan.
Maknanya, ketika orang-orang sudah tak lagi berbakti kepada ibunya.
Tidak menghormati ibunya. Tidak memuliakan ibunya. Yang terjadi justru
sebaliknya, anak menyuruh-nyuruh ibunya. Anak memperlakukan ibunya
seperti pembantu, seperti budak. Diperintah dan disuruh-suruh.
Diperintah melakukan pekerjaan domestik kerumahtanggaan, disuruh
mengerjakan pekerjaan dapur dan sumur; disuruh mencuci, menyetrika,
membersihkan rumah, memasak, dan sejumlah aktifitas yang tak pantas
diberikan kepada sang ibu.
Syaikh Musthafa Dieb Al Bugha dan Syaikh Muhyidin Mistu dalam Al Wafi
menjelaskan makna ini, “Banyak anak yang durhaka pada orangtuanya,
mereka memperlakukan orangtuanya seperti perlakuan tuan terhadap
budaknya.”
Makna pertama dan kedua, dulu pernah
terjadi meskipun intensitasnya tidak bisa dipastikan apakah hanya
beberapa kasus atau sering terjadi. Namun makna ketiga ini, sungguh saat
ini telah terjadi dalam intensitas besar. Tidak sedikit terjadi ibu
diperlakukan seperti pembantu oleh anaknya sendiri. Sebagiannya mungkin
terjadi di masyarakat kita. Sebagiannya muncul ke permukaan melalui
berita, sebagiannya lagi tidak diberitakan media tetapi dijumpai di
masyarakat dan menjadi perbincangan. Sebagian lagi, mungkin ada ibu-ibu
yang hanya meneteskan air mata menahan derita saat dirinya diperlakukan
seperti pembantu oleh anaknya sendiri. Padahal sejatinya, ibu adalah
orang yang paling berhak atas anak-anaknya. Bukan hanya berhak
dimuliakan, dihormati dan ditaati, bahkan kebaikannya tak bisa ditebus
meski seluruh dunia dipersembahkan anak kepadanya. [Muchlisin
BK/Bersamadakwah].
Sumber: http://bersamadakwah.net/makna-tanda-kiamat-budak-wanita-melahirkan-tuannya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar